|
Image : http://en.wikipedia.org/wiki/Honey_bee |
Bismillah,
Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Perumpamaan orang beriman
itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih,
hinggap di tempat yang bersih dan tidak merosak atau mematahkan (yang
dihinggapinya).” (Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Bazzar).
Seorang
mukmin adalah manusia yang memiliki sifat unggul. Sifat berkenaan membuatnya
memiliki keistimewaan dibandingkan dengan manusia lain. Sehingga di mana pun
mereka dia berada, ke mana pun mereka pergi, apa yang mereka lakukan, apa
peranan dan tugas apa pun yang mereka lakukan selalu membawa manfaat dan
maslahat bagi manusia lain.
Maka
jadilah dia orang yang seperti dijelaskan Rasulullah, “Manusia paling baik
adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lain.”
Kehidupan ini agar menjadi indah, menyenangkan, dan sejahtera
memerlukan manusia seperti itu. Menjadi apa pun, dia akan menjadi yang terbaik;
apa pun peranan dan fungsinya maka segala yang dia lakukan adalah hal yang
membuat orang lain, menjadi bahagia dan sejahtera.
Nah, sifat yang baik itu antara lain terdapat pada lebah.
Rasulullah SAW dengan penyataan dalam hadis di atas mengisyaratkan agar kita
mencontohi sifat positif yang dimiliki oleh lebah.
Tentu saja, sifat itu sendiri memang adalah ilham daripada Allah
SWT seperti mana yang Dia firmankan, “Dan Tuhanmu mewahyukan (mengilhamkan)
kepada lebah: ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan
di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam)
buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang dimudahkan (bagimu). Dari perut
lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya
terdapat ubat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
memikirkan.” (Surah An-Nahl ayat 68-69).
Sekarang,
bandingkan apa yang dilakukan lebah dengan apa yang seharusnya dilakukan seorang
mukmin, seperti berikut:
✿ Hinggap di tempat yang bersih dan menyerap hanya yang bersih. Lebah
hanya hinggap di tempat-tempat pilihan. Dia sangat jauh berbeza dengan lalat.
Serangga yang terakhir amat mudah ditemui di tempat sampah, kotoran, dan tempat
berbau busuk. Tapi
lebah ia hanya mendatangi bunga-bungaan atau buah-buahan atau tempat bersih
lainnya yang mengandung bahan madu.
Begitulah
pula sifat seorang mukmin. Allah SWT berfirman yang bermaksud: “Hai manusia,
makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah syaitan; kerana sesungguhnya syaitan adalah musuh
yang nyata bagimu.” (Surah Al-Baqarah ayat 168).
“(Yaitu)
orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati
tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh
mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang
mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi
mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan
belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman
kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang
diturunkan kepadanya (Al-Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
(Surah Al-A’raf ayat 157).
Kerananya,
jika ia mendapatkan amanah dia akan menjaganya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak
akan melakukan rasuah, pencurian, penyalahgunaan sewenang-wenangnya,
manipulasi, penipuan dan dusta. Segala kekayaan hasil perbuatan tadi adalah
khabaits (kebusukan).
✿ Mengeluarkan yang bersih. Siapa yang tidak kenal madu lebah.
Semuanya tahu madu mempunyai khasiat kepada kesihatan manusia. Tapi dari
organ tubuh manakah keluarnya madu itu? Itulah salah satu keistimewaan lebah.
Dia produktif dengan kebaikan, bahkan daripada organ tubuh yang pada binatang
lain hanya melahirkan sesuatu yang menjijikkan ditemukan pula produk lebah
selain madu yang juga diyakini mempunyai khasiat tertentu untuk kesihatan: air liurnya!
Seorang
mukmin adalah orang yang produktif dengan kebajikan. “Hai orang-orang yang
beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan buatlah kebajikan,
supaya kamu mendapat kemenangan.” (Surah Al-Hajj ayat 77).
Al-khair
adalah kebaikan atau kebajikan. Akan tetapi al-khair dalam ayat di atas bukan
merujuk pada kebaikan dalam bentuk ibadah ritual. Sebab, perintah ke arah
ibadah ritual sudah diwakili dengan kalimat “rukuklah kamu, sujudlah kamu,
sembahlah Rabbmu” (irka’u, wasjudu, wa’budu rabbakum).
Al-khair
di dalam ayat itu bermakna kebaikan atau kebajikan yang buahnya dirasakan
manusia dan makhluk lainnya. Segala yang keluar dari dirinya adalah kebaikan.
Hatinya
jauh daripada prasangka buruk, iri, dengki; lidahnya tidak mengeluarkan
kata-kata kecuali yang baik perilakunya tidak menyusahkan orang lain melainkan
malah membahagiakan; hartanya bermanfaat bagi banyak manusia; kalau dia
berkuasa atau memegang amanah tertentu, dimanfaatkannya untuk sebesar-besar
manfaat manusia.
Tidak pernah
merosak seperti yang disebutkan dalam hadis yang sedang kita bahas ini, lebah
tidak pernah merosak atau mematahkan ranting yang dihinggapi.
Begitulah
sifat seorang mukmin. Dia tidak pernah melakukan kerosakan dalam hal apa pun:
baik material mahupun bukan material. Bahkan dia selalu melakukan kebaikan
terhadap orang lain. Dia melakukan kebaikan akidah, akhlak, dan ibadah dengan
cara berdakwah. Mengubah kezaliman apa pun bentuknya dengan cara berusaha
menghentikan kezaliman itu.
Jika
kerosakan terjadi akibat rasuah, ia perlu membanterasnya kemudian menjauhi
perilaku buruk itu. Berbalik kepada lebah, ia serangga yang kuat bekerja.
✿ Ketika
muncul pertama kali dari biliknya (menetas), lebah membersihkan bilik sarangnya
untuk telur baru dan setelah berumur tiga hari ia memberi makan larva, dengan
membawakan serbuk sari madu.
Begitulah,
hari-harinya penuh semangat berkarya dan beramal. Bukankah Allah pun
memerintahkan umat mukmin untuk bekerja keras? “Maka apabila kamu selesai (dari
sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (Surah
al-Insyirah ayat 7).
Kerja
keras dan semangat pantang undur itu lebih dituntut lagi dalam upaya menegakkan
keadilan. Meskipun memang banyak yang cinta keadilan, namun kebanyakan manusia
kecuali yang mendapat rahmat Allah- tidak suka jika dirinya “dirugikan” dalam
menegakkan keadilan.
Bekerja
secara berkumpulan (jama’i) dan tunduk pada satu pimpinan. Lebah selalu hidup
dalam kelompok besar, tidak pernah menyendiri. Mereka pun bekerja secara
kolektif dan masing-masing mempunyai tugas sendiri. Ketika mendapatkan sumber
sari madu, mereka akan memanggil teman-temannya untuk menghisapnya.
Demikian
pula ketika ada bahaya, seekor lebah akan mengeluarkan feromon (suatu zat kimia
yang dikeluarkan oleh binatang tertentu untuk memberi isyarat tertentu) untuk
memanggil teman-temannya untuk membantu dirinya.
Itulah
seharusnya sikap orang beriman. “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti
suatu bangunan yang tersusun kukuh.” (Surah Ash-Shaff ayat 4).
✿ Tidak
pernah melukai kecuali kalau diganggu. Lebah tidak pernah memulakan serangan.
Ia akan menyerang ketika terasa terganggu atau terancam. Untuk mempertahankan
“kehormatan” umat lebah itu, mereka rela mati dengan melepas sengatnya di tubuh
pihak yang diserang.
Sikap seorang mukmin: musuh tidak dicari.
Tapi jika
ada, tidak lari. Itulah beberapa karakter lebah yang perlu dicontohi orang
beriman. Bukanlah sia-sia Allah menyebut dan mengabadikan binatang kecil itu
dalam al-Quran sebagai salah satu nama surah: An-Nahl.
Wallahu a’lam.
Butiran selanjutnya ...