Assalamualaikum warahmatullah,
Entry kali ini sedikit berbeza daripada biasa. Sebetulnya entry yang ini ditulis untuk rujukan
Minggu lepas, saya berkesempatan balik kampung, menjenguk mak dan ayah. Sambil bersembang, saya terlepas tanya hal-hal asal-usul keturunan ayah [NB: hu.. hu.. dulu takut sangat hendak bersembang hal-hal keturunan... tak tahu kenapa... mungkin sebab ayah garang...] dan akhirnya saya mendapat tahu, nama marga (clan) mandailing ayah yang saya cari selama ini... NASUTION rupanya... hu... hu...
Sayang seribu kali sayang, moyang Jaafar Abbas Nasution tidak ‘menurunkan’ surname Nasution, jadi kami yang lahir kemudiannya hampir-hampir tidak mengetahui asal-usul keturunan moyang. Saya juga difahamkan, ramai keturunan Mandailing tidak ‘menurunkan’ surname kerana tidak mahu ‘dipinggirkan’ atau ‘disisihkan’ daripada masyarakat Melayu di Tanah Melayu, wallahu ‘alam.
Mungkin masih ada harapan untuk menjejaki jejak ‘moyang’. Menurut ayah, ada persatuan Mandailing di sekitar Lembah Klang dan setiap tahun diadakan perjumpaan keluarga di sini. Jika ada kesempatan, saya akan mencari info lebih lanjut, supaya anak-anak saya tahu asal-usul moyang datuk mereka, insya Allah.
Info setakat entry ini dimasukkan :
- Jaafar Abbas Nasution (moyang) – berhijrah dari Sumatera ke Perak (Kuala Dipang / Jeram) bersama adik/abang, bernama Othman (Osman) Abbas Nasution (saya pernah mendapat berita, Tun Hanif Omar berasal dari keturunannya ** kurang pasti betul atau tidak, kena further checking lagi)
- Abdullah bin Jaafar (datuk) – lahir (1910~1951) di Kuala Dipang, Perak. Adik-beradik datuk yang saya ingat : Ismail bin Jaafar (Tok Ngah), Abdul Rasyid bin Jaafar (Tok Uda)
- Ibrahim bin Abdullah (ayah) – lahir 1941 di Kuala Dipang, Perak. Adik-beradik ayah :
- Safiyah Abdullah (1933)
- .... (1935), male deceased (1939) ~ [NB : I didn't get his name..]
- Syamsiah Abdullah (1937)
- Hassim Abdullah (1939)
- Ibrahim Abdullah (1941)
- Saodah Abdullah (1945)
- Fatimah Abdullah (1947)
- Raesah Abdullah (1949)
- Nasibah Abdullah (1952)
Semasa menyediakan entry ini, saya belajar sedikit tentang bahasa mandailing :
- Horas = Salam [NB: ** agak sukar menemukan kata yang tepat dalam Bahasa Indonesia - kata Horas mempunyai makna yang sangat luas, di antaranya bererti: apa khabar, wa’lafiat, selamat perkenalan, selamat pagi/siang/malam, selamat datang/jalan tinggal dan lain-lain.... mungkin statusnya sama dengan 'anyong haseyo' = bahasa Korea.]
- Biado = Apa khabar? (How do you do)
- Horas do = ayat sapaan ketika berselisih/bertemu
- Sai horas jala gebe = Selamat dan berbahagia
- Mangan = makan (?)
- Maridi = mandi
- Tu dia ho? = Nak ke mana?
- Tu dia omak? = Mak nak ke mana?
Sedikit info berkenaan Marga-marga Mandailing yang dipetik dari Mandailing.Org.
Orang-orang Mandailing mengelompokkan diri mereka dalam beberapa marga, sebagai keturunan daripada seorang tokoh nenek moyang. Masing-masing kelompok marga mempunyai seorang tokoh nenek moyangnya sendiri yang ‘berlainan asal’. Pendek kata, masyarakat Mandailing merupakan kesatuan beberapa marga yang berlainan asalnya.
Silsilah keturunan itu dinamakan tarombo dan sampai sekarang masih banyak disimpan oleh orang-orang Mandailing sebagai warisan turun-temurun yang dipelihara baik-baik. Melalui tarombo, orang-orang Mandailing yang semarga mengetahui asal-usul dan jumlah keturunan mereka sampai ini hari. Melalui jumlah keturunan dapat diperhitungan sudah berapa lama suatu kelompok marga mendiami wilayah Mandailing.
Marga dapat dirumuskan sebagai ‘kelompok orang yang dari keturunan seorang nenek moyang yang sama, dan garis keturunan itu diperhitungkan melalui bapa atua bersifat patrilineal. Semua anggota marga memakai nama marga yang dipakai/dibubuhkan sesudah nama sendiri, dan nama marga itu menandakan bahwa orang yang menggunakannya mempunyai nenek moyang yang sama. Mungkin tidak dapat diperinci rentetan nama para nenek moyang yang menghubungkan orang-orang semarga dengan nenek moyang mereka, sekian generasi yang lalu, namun ada suatu keyakinan bahwa orang-orang yang menggunakan nama marga yang sama terjalin hubungan darah, dan salah satu pertandanya adalah larangan kahwin bagi wanita dan pria yang mempunyai nama marga yang sama’.
Nama marga-marga yang terdapat di Mandailing pada umumnya tidak muncul serentak. Kebiasaannya nama marga muncul dan mulai dipakai pada keturunan ketiga setelah nenek moyang bersama. Ini mungkin kerana pada generasi ketiga keturunan seorang nenek moyang mulai banyak jumlahnya sehingga mereka mulai memerlukan suatu nama identitas, iaitu nama marga.
Ada yang memperkirakan bahwa di Mandailing terdapat 13 marga. Marga-marga itu ialah:
1. Hasibuan
2. Dalimunte
3. Mardia
4. Pulungan
5. Lubis
6. Nasution
7. Rangkuti
8. Parinduri
9. Daulae
10. Matondang
11. Batu Bara
12. Tanjung
13. Lintang
Lumrahnya setiap marga mempunyai nenek moyang yang sama. Tetapi ada juga sejumlah marga yang berlainan nama tetapi mempunyai nenek moyang yang sama. Misalnya, marga Rangkuti dan Parinduri; Pulungan, Lubis dan Harahap; Daulae Matondang serta Batu Bara. Melalui tarombo atau silsilah keturunan dapat diketahui nenek moyang bersama sesuatu marga. Dan dari jumlah generasi yang tertera dalam tarombo dapat pula diperhitungkan berapa usia suatu marga atau sudah berapa lama suatu marga tinggal di Mandailing.
Dari banyak marga tersebut, terdapat dua marga besar yang berkuasa, yang masing-masing menduduki sebuah wilayah luas yang bulat. Marga itu adalah Nasution di Mandailing Godang dan Lubis di Mandailing Julu.
Sedikit info berkenaan marga Nasution yang dipetik dari Mandailing.Org.
Orang-orang Mandailing bermarga Nasution meyakini mereka adalah keturunan Si Baroar yang pada masa bayinya ditemukan di tengah hutan oleh Sutan Pulungan raja dari Huta Bargot di Mandailing Godang. Versi lain mengatakan bahwa "Nasution yang pertama kiranya adalah putera dari Raja Iskandar Muda dari Pagar Ruyong (pusat dari kerjaan Minangkabau kuno), yang pada gilirannya adalah cucu dari Sultan Iskandar, nama bagi Alexander de Grote (the Great) dalam cerita-cerita Indonesia. Dalam perjalanan menjelajahi pulau Sumatra, Iskandar Muda sampai berhubungan dengan seorang gadis bunian, yang melahirkan seorang anak lelaki untuknya."
Anak tersebutlah kemudiannya ditemukan Sutan Pulungan di tengah hutang sedang ia berburu.
Kisah tentang Si Baroar sangat meyakinkan bagi masyarakat Mandailing karena sekitar pertengahan abad yang lalu kisah tersebut telah dituliskan oleh Willem Iskander (1840-1876) dalam buku karangannya berjudul Si Bulus-Bulus Si Rumpuk-Rumpuk. Buku tersebut yang ditulis dalam bahasa Mandailing dipakai untuk bacaan di sekolah-sekolah sampai pada masa awal kemerdekaan Indonesia.
Cukup dulu sampai di sini, nanti-nanti masukkan entry lagi...
Checklist untuk saya : check out on ‘IMAN’ ~ Ikatan Kebajikan mandailing Malaysia
Rujukan lebih lanjut tentang Mandailing :
Updated : 1 July 2010
Capaian entry berkaitan :
oh! ini info yang sangat di cari2 !
BalasPadamsuami saya juga mandailing, saya dapat tahu mengenai ini pun baru melaluinya lah! dia magra Lubis! dia adalah seorang yg sangat teruja dengan keturunan mandailingnya! sentiasa mencari info mengenai keturunan nya ini. info dari sini boleh saya penjangkan kepadanya!
horrasss... itu perkataan yg saya selalu tanya padanya apa maksudnya yg dia juga kurang tahu, tapi akhirnya saya tahu di sini! terima ksih atas info yg amat bermakna ini! dia kata dia keturunan Raja Bilah..
Suku Mandailing merupakan salah satu suku Batak di Sumatra Utara. Tapi ia adalah Batak Islam. Selain Batak Islam, adajuga Batak Kristen. Batak Kristen ini sangat mudah kita ketahui dari marganya juga, seperti marga Nadapdap misalnya. Suku Batak ini termasuk suku yang berpengaruh di Indonesia. Mereka banyak berada di pusat pemerintahan. Pekerjaan yang paling diminati oleh suku Batak ini adalah menjadi "lawyer". Lawyer-lawyer top di Indonesia berasal dari suku batak. Suku Batak ini terkenal dengan suku yang keras.
BalasPadamSalam,
BalasPadamKella : Saya juga sgt teruja... sbb sudah tahu asal-usul sebelah ayah. Surname Lubis juga quite famous, mungkin boleh cuba jejak mandailing di perkampungan mandailing di Chemor, Perak. Di situ ada persatuan mandailing.
Jika di sekitar KL, boleh cuba cari persatuan Nasution di Jalan Klang Lama... erk.. saya juga masih menjejak info detailnya... Jika ada perkembangan, insya Allah saya update entry.
Pak Ardi : Tks for info. 'Keras' maksudnya 'tegas' nggak? Atau 'kasar'...? :)
Gaya berbicara agar kasar, mungkin pengaruh bahasa mereka :) Jadi kalau berkunjung ke Medan, mungkin akan mendengar slogan seperti ini "Ini Medan Bung". Maknanya, ini Medan, segala hal mungkin terjadi, jadi bersiap-siap saja. Tak ada rencana mengunjungi Sumatra Utara? Ke Danau Toba. "It's a beautiful lake". Sumatra Utara terdiri dari beberapa suku: Batak, Melayu, Cina dan India. Batak adalah majoriti. Saya lama duduk di Medan dulu :)
BalasPadamSalam Pak Ardi,
BalasPadamSaya banyak membaca perihal Mandailing ini, tetapi ada di kalangan mereka yang mengatakan mereka bukan dari kaum Batak..
Contoh : http://rahimtahir.tripod.com/id19.html
Dan banyak lagi menyatakan begitu.
Medan, insya Allah jika ada peluang saya akan jejakkan kaki ke sana. Saya masih simpan contact penpal yg kini berada di Dumai. Rakan suami juga bernikah dengan orang Medan.
Jika ada kenalan di sana, mungkin lebih senang melancong, ya...
salam perkenalan... rasanya kita dari moyang yang sama. menurut ibu saya, moyang kami bernama osman keturunan mandailing dari sumatera dtg buka/teroka kawasan jeram/kuala dipang bersama adiknya. Osman juga digelar Org Kaya Osman dan juga Tok Pekak. Pekak setelah kena penampor jepun. hehehe.. Osman ni dipercayai mempunyai ilmu persilatan yang tinggi. Osman mempunyai anak bernama Hussein. anak yg lain saya xtau. Hussein berkahwin ngan Halijah dan dikurniakan 3 org anak iaitu Zulkepli, Tok Alang (xingat nama sebnr) dan Opah Saba (xingat nama sebnr jgk). Saya adalah cucu kepada Zulkepli bin hussein bin Osman. email saya: amirul@asia.com
BalasPadamHoras! Salam kenal...
BalasPadamAyah ada cerita fasal adik/abang moyang yang bernama Osman. Memang dikenali sebagai 'Orang Kaya Osman'. Ibu masih di Kuala Dipang? Siapa nama ibu? Mungkin ayah saya kenal ibu saudara.
Kami tiap-tiap raya (2nd raya) balik Jeram/Kuala Dipang. Meronda 2-3 rumah di sana, termasuk rumah arwah Tok Ngah (Ismail bin Jaafar), melawat Opah Nyah (sudah 80++).
Nama ibu: Zaitun binti Zulkepli.
BalasPadamSekrg kami duk kat gopeng. seblm ni kami duk kat gunung panjang. Opah nyah tu yang duk kat Baruh, Gunung Panjang ke?
Amirul,
BalasPadamNnti saya tanya ayah kalau-kalau dia kenal. Dulu ayah ada sebut ada saudara-mara di Gunung Panjang, tapi saya sendiri tak pernah ke sana...
Opah Nyah kami tinggal di Kuala Dipang. Cucu dia ramai lagi di Kuala Dipang, terutama anak arwah pakcik Lasa (Abdul Rahim bin Ismail bin Jaafar).
Bestlah jumpa saudara-mara, walaupun jauh... Ayah saya dua pupu (2nd cousin) dengan Tun Hanif Omar (dengarnya dia keturunan 'Orang kaya' Osman).
salam..akhirnya bertemu juga marga anda ya..memang banyak sebab orang mandhailing dulu kala terpaksa membelakangkan marga pada nama..antaranya sebab2 kolonialis...sebab ini juga menyebabkan di tanah mandhailing sendiri kita disamakan dengan orang batak walaupun tidak dinafikan batak islam bermarga sixxxx macam AR Tompel atau Situmpol bernaung bawah orang Mandhailing, tetapi buatlah kaji selidik untuk kepastian..
BalasPadamanyway kalau ingin mendekati persatuan mandailing di lembah kelang, saya sarankan cuba hubungi En. MUHAMMAD SALIM BIN MD DOM - BENDAHARI Koperasi IMAN, orang kuat salah satu koperasi untuk orang Mandhailing.
http://www.koiman.net/hubungi-kami.html
semoga saudara berbangga mendalami warisan anda, InsyaAllah!
salam saudaraardisyam.saya tidak bersetuju dengan kenyataan yang mengatakan MANDAILING itu batak islam.anda boleh mencari info ini di laman web LEMBAGA ADAT MANDAILING MALAYSIA.terima kasih
BalasPadammandailing selalunya tidak mahu dikaitkan dgn batak. Selalunya batak yg mengaitkan diri mereka dgn mandiling. kerana seperti minang.mandialing 100% islam. saya harahap
BalasPadamDatuk nenek saya orang Kuala Dipang yang tinggal betul-betul di simpang tiga (simpang ke Malim Nawar, Kampar dan Ipoh (dekat Caltex). Rumah tu pun dah berhutan. Datuk saya bernama Haji Yahya bin Taib dan isterinya Hajjah Halimahton binti Hamid. Saya ingin mencari salasilah datuk saya. Dengar kata dari keturunan raja di seberang. (Mereka ni bapa saudara kepada Azman Mahalan). Kalau ada story, tolong2 info saya. Dah lama saya tak ke sana. Rindu zaman kecil
BalasPadamSebelah ayah saya ada keturunan mandailing,saudara mara banyak tinggal di Tanjung Malim, tpi tak tahu salasilah sbb tk didedahkan. skrg ne arwah atok pon dh meninggal yg tua2 smua dah meninggal , teringin nak gali salasilah pasal mandailing ne.
BalasPadamHoras...sy ada dgr saudari sebut nama azman mahalan...dato kn..jiran sy tu sy br th dia berketuranan mendeling
BalasPadamSy pun berketurunan mendeling dr keturunan raja sebelah ayah tp kami tak pakai gelaran raja di faham kn arwah tok sy x gemar menonjol kn diri lalu membuang gelaran tersebut...tu yg sy dpt th...wallahhualam...tp mmg asal dr keturunan raja...sy cb nk jejak tp sy x th mcm mn...
BalasPadamsalam marsitandaan...saya juga halak mandailing...saudara semua ada fb?klu ada boleh kita bergabung di sana :-) insyaallah perlahan2 kita boleh mencari saudara mara.boleh add saya di fb Muhammad Nazri Qaf... nnt saya bawa anda ke group mandailing :-) insyaallah
Padam